JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution hari ini, Rabu (21/12/2011) memaparkan kronologis peristiwa di Kabupaten Mesuji, Lampung yang sempat dilaporkan sejumlah warga Lampung ke Komisi III DPR RI, pekan lalu.
Menurut Saud, di Lampung terdapat dua peristiwa yang terjadi pada dua yang berbeda yaitu tahun 2010 dan 2011. Peristiwa Mesuji pertama terjadi pada 6 November 2010, di mana terjadi penertiban masyarakat perambah di lahan hutan sawit tanpa izin.
"Penertiban dan sosialisasi ini dilakukan oleh tim terpadu bentukan Gubernur Lampung. Tim itu terdiri dari Polda Lampung, Pemda, Kanwil BPN dan personil TNI sebanyak 153 orang," ujar Saud dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jakarta, Rabu.
Salah satu tempat yang ditertibkan adalah di lahan perkebunan sawit register 45 PT Silva Inhutani pada 6 November 2010 tersebut. Saat itu operasi penertiban dilakukan oleh 60 personil dari anggota kepolisian dengan dipimpin oleh AKBP Priyo Wira. "Massa dari masyarakat yang akan ditertibkan melakukan perlawanan. Sehingga terjadi bentrok antar petugas dan massa," sambungnya.
Saat bentrokan, kata Saud, AKBP Priyo nyaris dibacok oleh seorang warga, Nyoman Sumarde. Akibatnya, ia mengeluarkan tembakan terhadap Nyoman. Hal ini memicu kemarahan warga dan terjadi bentrokan yang lebih besar. Akibatnya, satu warga, Made Asta tewas tertembak. "Saat Kapolres melakukan negosiasi, massa tetap anarkis, tertembak Made Asta yang tertembak di perut dan meninggal dunia," jelasnya.
Menurut Saud, saat ini belum diketahui pelaku penembakan Made Asta karena tengah dicocokkan proyektil dan senjata yang digunakan saat itu. Kasus ini kata dia masih dalam penyelidikan.
Peristiwa Mesuji Lampung II Masih di Kabupaten Mesuji, Lampung Saud, mengungkapkan bentrokan terjadi saat masyarakat berunjuk rasa di areal PT Barat Selatan Makmur Investindo (BSMI).
Peristiwa yang terjadi pada 10 November 2011 itu berawal dari aksi penjarahan sejumlah warga di perkebunan sawit. Petugas keamanan perusahaan kemudian melaporkan aksi itu kepada polsek setempat. Saat dilaporkan, dua orang warga berusaha melarikan diri yaitu Hendri dan Dani. Oleh karena itu, petugas keamanan setempat mengamankan motor yang ditinggalkan keduanya.
Dalam pemaparan kronologis ini, Saud juga menunjukkan sebuah video versi polisi mengenai peristiwa itu, dimana warga datang dengan senjata tajam untuk menyerang areal perkebunan perusahaan itu. "Petugas keamanan di sana laporkan ada penjarahan. Saat dikejar, dua orang dari massa, Dani dan Hendry melarikan diri. Tertinggallah motor dan diambil polsek untuk olah tempat kejadian," tutur Saud.
Namun, di saat yang sama ketika akan olah tempat kejadian tersebut, kata Saud, 14 orang anggota polisi dihadang oleh 100 orang massa warga Mesuji. Mereka mempertanyakan keberadaan Hendry dan Dani yang dianggap hilang setelah peristiwa itu. Akibatnya bentrokan pun terjadi. Dalam aksi ini, seorang pria bernama Suratno (20) terkena luka tembak.
Penembakan itu membuat amarah warga memuncak. Sekitar 300 warga, kata Saud, kemudian datang dan menyerang areal perusahaan perkebunan sawit tersebut. "Massa beringas menyerang dan anggota kami mencoba evakuasi karyawan. Saat itu massa bertambah menjadi 300 dengan membawa senjata tajam untuk menyerang petugas," jelasnya.
Dari bentrokan tersebut, masyarakat yang terkena luka tembakan bertambah sebanyak empat orang yaitu Muslim, Robin, Rano Karno dan Harun. Sementara satu orang tewas tertembak, bernama Zaelani. Dalam bentrokan ini, tutur Saud, juga terdapat aksi pembakaran warga terhadap 96 mess karyawan perusahaan, satu pos induk satpam, 29 mess karyawan divisi satu, 5 mess asisten manager gudang bahan bakar dan sejumlah gudang lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar