Jumat, 19 Agustus 2011

Masanies Muncul Bersama ‘Gombal Bolong’

LAMA tak terdengar namanya, tiba-tiba muncul di Indonesia Reggae Fest (IRF) yang digelar BnR Prodaktion, di Pekan Raya Jakarta (PRJ) tanggal 21 Mei 2011 lalu. Dia adalah Masanies, sang legendaris yang mengusung lagu-lagu berirama reggae di tanah air.
            
Masanies
                Di kalangan reggaemania, nama Masanies memang sudah tidak asing lagi. Itu sebabnya, ketika dia tampil di IRF, Masanies langsung dielu-elukan oleh ribuan pengunjung yang memadati PRJ. Apa lagi, sosok pria bertubuh jangkung dan berambul gimbal ini lama menghilang di blantika musik reggae.
                Menghilang bukan berarti tak berkarya. Buktinya, begitu muncul Masanies langsung mengeluarkan album baru. Album yang liriknya bercerita tentang kondisi rakyat papan bawah ini berjudul ‘Gombal Bolong’.
                Sudah menjadi ciri khasnya, jika lagu-lagu berirama reggae yang ia ciptakan lebih banyak menceritakan tentang kondisi masyarakat di Indonesia. “Bagaimana rakyat kecil bisa menikmati pendidikan, jika pendidikan di Indonesia ini begitu mahal. Nah.., kalau rakyat kecil sudah tak mampu mengecam pendidikan, bagaimana Indonesia ini 25 tahun ke depan. Mau jadi apa,”tutur Masanies saat ditemui SR, di studio BnR Record, di bilangan Bogor, Jawa Barat.
                Bagi pria kelahiran Yogyakarta, 9 April 1953 ini, tidak ada kata berhenti untuk berkarya. Dia akan selalu menyuarakan kondisi rakyat yang hidupnya kian ‘tertindas’, akibat ulah ulah pejabat yang tidak lagi berpihak kepada rakyat.
                “Jika Indonesia ini dikelola dengan baik, rakyat tidak perlu lagi mengeluarkan biaya pendidikan. Rakyat bisa digratisi oleh pemerintah. Karena Indonesia ini kaya akan hasil bumi. Tapi tragisnya semua itu tak dapat dinikmati oleh rakyat,”jelasnya.
                Tak hanya soal pendidikan saja yang menjadi inspirasinya untuk menuangkanya dalam lirik lagu, tapi masalah kesehatan, banjir dan kerusakan hutan serta keserakan pejabat juga merupakan bahan baku utama untuk dia kritik lewat lagu.
                Menurutnya, sekarang sulit mencari pejabat yang peduli terhadap persoalan-persoalan yang melilit rakyat. Rakyat terus dibiarkan melarat, sementara pejabat seenaknya saja memperkaya diri. Celakanya lagi, pejabat itu seenaknya pula menggerogoti uang rakyat.
                “Jika boleh jujur, negara kita ini sudah hancur lebur. Politisi sibuk mengurusi partai. Pejabat asyik dengan korupsinya. Sementara rakyat tak lagi mereka urus. Inilah kondisi negara kita,”paparnya.
                Carut marutnya negeri ini, bukan hanya pemerintahnya yang salah urus, tapi sistemnya juga mendukung terjadinya korupsi. “Nah jika ini terus dibiarkan terus, bangsa Indonesia ke depan hanya tingal menunggu kehancuran,”tegasnya.
Indonesia yang Damai
                Meskipun awal keriernya di blantika musik mengusung lagu-lagu rock, namun di tahun 70-an, Masanies mulai tertarik dengan musik reggae. Baginya musik reggae adalah lambang pemberontakan terhadap kondisi masyarakat. Lewat lagu-lagu reggae, Masanies merasa mampu melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang tak lagi berpihak kepada rakyat.
Untuk mendalami lagu-lagu reaggae, ia dengan terpaksa harus meninggalkan Indonesia. Dia melanglang buana ke berbagai negara. Pria bertubuh kurus ini lama tinggal di Jerman Selatan, yaitu tahun 1978 hingga 1985. Dari situ, dia hijrah ke Jamaika, lalu ke Belanda, Perancis, Spanyol dan beberapa negara Eropa lainnya.
Setelah banyak menimba ilmu, Masanies kembali ke Indonesia. Sejak saat itu, Masanies banyak menciptakan lagu. “Semua lagu-lagu saya itu kebanyakan bercerita tentang kondisi sosial masyarakat Indonesia dan cita”katanya.
Beberapa tahunberada di Indonesia, Masanis tak lagi melihat ada kedamaian di Indonesia. Kota Bali yang begitu terkenal di manca negara harus porak-poranda dibom oleh para teroris. “Kondisi ini harus segera dipulihkan. Sejak kasus bom Bali, saya kembali ke luar negeri. Saya mengajak agar para turis itu tak perlu takut lagi datang ke Bali. Pesan moral itu saya sampaikan lewat lagu,”tuturnya.
Masanies mengaku ketika itu memang merasa mendapatkan kesulitan untuk membujuk para turis itu untuk kembali ke Bali. Terutama jika bersentuhan dengan agama Islam. Kendarti demikian, dia tidak mau menyerah begitu saja. Masanies terus dan terus lantang menyampaikan bahwa Bali saat ini aman. “Terakhir saya menyuarakan hati nurani rakyat Indonesia di festival Paleko Neyon,”ujarnya lagi.
Sekarang Masanies telah berada di Indonesia. Dia bertekad akan tetap mengkritik pemerintah lewat lagu reggae. Karena dia merasa yakin bahwa lewat musik reggae-lah perubahan itu bisa terwujud. “Saya yakin, suatu saat musik reggae akan besar di tanah air. Apa lagi sekarang, hanya musik reggaelah yang memiliki komonitas yang paling besar di Indonesia,”uangkapnya.
Salah satu lagu yang sarat akan pesan moral adalah ‘Gombal Bolong’. Lagi ini berada di bawah lebel BnR Record dan mulai dipasarkan melalui RBT. Bergabungnya Masanies di BnR Record, ini membuktikan bahwa Bang Boy yang dijuliki Papa Reggae benar-benar komit untuk membesarkan musik reggae di tanah   air.maruli ardi siregar(SR)
  
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar