Senin, 21 Mei 2012

Ini Komandan Tim Charlie yang Menemukan Black Box



@IRNewscom I Bogor: TANGGAL 15 Mei 2012 merupakan hari yang tak mungkin dilupakan oleh Lettu Inf M. Taufik Akbar. Bersama empat anggotanya, tim Charlie Kopassus TNI AD yang dipimpinnya berhasil menemukan black box (kotak hitam) pesawat Sukhoi Superjet (SSJ) 100, yang jatuh di Tebing Manik, Gunung Salak, Bogor pada 9 Mei 2012 pekan lalu.

Perwira muda ini diterjunkan ke hutan belantara Gunung Salah dengan satu misi: mencari dan menemukan kotak hitam pesawat nahas buatan Rusia tersebut. Kotak hitam itu sangat penting untuk mengungkap penyebabnya jatuhnya pesawat.

Bersama Lettu Inf Incas Yunus, Sertu Diding, Serda Ahmad Baso, dan Serda Chairil, Taufik diturunkan ke lokasi evakuasi Puncak Salak Satu, menggunakan helikopter, beberapa hari lalu.

Membawa bekal secukupnya, lima anggota Kopassus ini menyusuri tebing curam di Gunung Salak. Dengan menggunakan tali, mereka merayap dan menuruni tebing dengan medan yang sangat curam.

"Tebing itu kemiringannya 80 sampai 90 derajat. Dibutuhkan tali dan keterampilan untuk menuruni tebing," kata Taufik di Pos Pusat Evakuasi Balai Embrio Ternak Kementerian Pertanian, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Bogor, Selasa (15/05).

Sebelum menemukan black box, tim Charlie yang dipimpinnya sempat menemukan barang yang diduga black box. Warnanya kuning. Namun, ternyata itu hanya Emergency Locator Transmitter (ELT) alias alat pemancar.

Para prajurit Kopassus itu harus berjuang menaklukkan ganasnya hutan belantara Gunung Salak. Untuk tidur saja, mereka harus menggantung di pohon.

"Kita menggunakan sling (tali tubuh) untuk mengikat tubuh ke pohon yang ada tebing itu," lanjut Taufik. Semalaman, tubuh mereka menggantung di tebing yang kemiringannya sekitar 80 derajat tersebut.

Sampai-sampai makan dan minum pun dilakukan dengan cara menggantung. Tak mudah mencapi lokasi jatuhnya pesawat. Sebelum mencapai lokasi tidur kalong itu, mereka harus melakukan teknik rappeling, yakni menuruni tebing menggunakan tali.

Akhirnya, mereka mencapai lokasi ekor pesawat yang dalamnya sekitar 500 meter dari puncak 1 gunung tersebut. "Sampai ke dasar jurang itu, kira-kira dalamnya sekitar seribu meter lagi," ucapnya. Untuk mencapai ekor pesawat itu, tali untuk rappeling harus beberapa kali disambung. "Untuk menyambung tali itu, memang memerlukan keterampilan khusus," terangnya.

Pada tanggal 15 Mei, tepat pukul 08.00 WIB, Taufik bersama empat rekannya, dibantu dua anggota Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI), bergerak lagi melakukan pencarian black box.

Dua jam berselang, tim Charlie akhirnya berhasil menemukan alat yang dicari. "Ditemukan sekitar pukul 10.00 WIB," imbuhnya. Alat berwarna oranye yang sudah gosong tersebut ditemukan berada di timbunan tanah. Setelah meyakini barang tersebut black box, tim Charlie memasukannya ke dalam tas ransel, dan diangkat ke Puncak Manik.

Menurut Taufik, posisi black box berada di kedalaman 100 meter atau di atas bangkai ekor pesawat. "Keadaannya bekas terbakar, warnanya sudah menghitam," jelasnya.

Setelah itu, mereka membawa black box turun lewat jalan Cimelati, Sukabumi. Barang yang dibawa anggota Kopassus tersebut pun tiba di Pos Pusat Evakuasi Balai Embrio Ternak Kementerian Pertanian, Desa Cipelang, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor. Setelah diperiksa, ternyata benar barang yang dibawanya adalah black box pesawat Sukhoi Superjet 100.[riz]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar